Tugas
Teknik Instalasi Listrik
Bentonite Sebagai Salah Satu
Metode Mengurangi Tahanan Jenis Tanah
Rizky
Kurniawan
Departemen
Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas
Sumatera Utara
Abstrak
- Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan
manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan
isolasi dan tegangan lebih pada peralatan listrik. Sistem pentanahan adalah
suatu tindakan pengamanan dalam suatu instalasi listrik dimana rangkaiannya
ditanahkan dengan cara mentanahkan badan peralatan instalasi yang diamankan,
sehingga bila terjadi kegagalan isolasi, terhambatlah atau bertahannya tegangan
sistem karena terputusnya arus oleh alat-alat pengaman tersebut.
Dalam sistem pentanahan akan terjadi
suatu tegangan permukaan tanah. Dimana tegangan permukaan ini disebabkan oleh
beberapa faktor. Tegangan permukaan tanah ini dapat diturunkan dengan cara
perlakuan kimiawi tanah yaitu dengan menggunakan bentonite.
Kata
Kunci : Teknik Instalasi Listrik, Tahanan Jenis Tanah, Bentonite.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pentanahan (grounding system) adalah sistem pengamanan terhadap
perangkat - perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga dari
lonjakan listrik. Sistem pentanahan digambarkan sebagai hubungan antara suatu
peralatan listrik dengan bumi.
Sistem pentanahan yang digunakan dalam instalasi suatu sistem tenaga
listrik perlu mendapatkan perhatian yang serius karena pada prinsipnya
pentanahan merupakan dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak
jarang masyarakat umum maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan
nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk
diperhatikan dari suatu sistem pentanahan adalah hambatan sistem suatu sistem
pentanahan tersebut.
Tujuan utama pentanahan adalah
menciptakan jalur dengan tahanan rendah terhadap permukaan bumi untuk gelombang
listrik dan transient voltage. Untuk mendapatkan tahanan rendah terhadap
permukaan tanah digunakan beberapa metode yang dapat mengurangi tegangan
permukaan ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk mengetahui metode yang
dapat digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan tanah sehingga dapat dibuat
jalur tahanan rendah terhadap tegangan permukaan.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam
tugas teknik instalasi ini akan dibahas:
1. Faktor penyebab tegangan permukaan tanah.
1. Faktor penyebab tegangan permukaan tanah.
2. Metode
mengurangi tegangan tanah dengan bentonite.
II. DASAR
TEORI
2.1 Umum
Pentanahan merupakan cara yang sengaja
dilakukan dengan menghubungkan instalasi listrik ke tanah melalui sambungan
dengan impedansi yang cukup rendah. Dimana hal ini bertujuan untuk mencegah dan
melindungi kerusakan komponen elektronik dari tegangan yang sangat tinggi.
2.2 Faktor Penyebab Tegangan Permukaan Tanah
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab tegangan permukaan pada tanah
saat dilakukan pentanahan yaitu: pengaruh uap lembab dalam tanah, pengaruh
tahanan jenis tanah, pengaruh temperature, perubahan resistivitas tanah, dan korosi.
2.2.1 Pengaruh Uap Lembab Dalam Tanah
Variasi dari perubahan uap lembab pada tanah akan membuat perbedaan yang
menonjol dalam efektifitas hubungan elektroda pentanahan dengan tanah. Nilai
uap lembab di atas 20% resistivitas tanah tidak banyak terpengaruh, tetapi saat
uap lembab di bawah 20% resistivitas tanah meningkat drastis dengan penurunan
kandungan uap lembab.
Elektroda yang dipasang dengan dasar batu biasanya memberikan kualitas
pentanahan yang baik. Ini disebabkan pada dasar batu tidak dapat tembus air dan
menyimpan uap lembab sehingga memberikan kandungan uap lembab yang tinggi.
2.2.2 Pengaruh Tahanan Jenis Tanah
Tahanan jenis tanah merupakan kunci utama yang menentukan tahanan elektroda
dan pada kedalaman berapa pasak harus dipasang agar diperoleh tahanan yang
rendah. Tahanan jenis tanah yang akan menentukan tahanan pentanahan yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi :
a.
Temperatur tanah.
b.
Besarnya arus yang melewatinya.
c.
Kandungan air dan bahan kimia yang ada dalam tanah.
d.
Kelembaban tanah.
e. Cuaca.
Untuk memperoleh kestabilan resistansi pentanahan, elektroda pentanahan
dipasang pada kedalaman optimal mencapai tingkat kandungan air yang tetap.
2.2.3 Pengaruh Temperature
Temperatur akan berpengaruh terhadap resistivitas tanah dengan demikian
akan berpengaruh juga terhadap performa tegangan permukaan tanah.
2.2.4 Perubahan Resistivitas Tanah
Resistivitas tanah sangat tergantung dengan material pendukung tanah,
temperatur dan kelembaban. Daerah dengan struktur tanah berpasir, berbatu dan
cenderung berstruktur tanah padas mempunyai resistivitas yang tinggi.
Hal ini diakibatkan kerusakan yang terjadi di permukaan tanah,
berkurangnya tumbuhan-tumbuhan yang dapat mengikat air sehingga mengakibatkan
kondisi tanah tandus dan berkurang kelembabannya.
2.2.5 Korosi
Komponen sistem pentanahan dipasang di atas dan di bawah permukaan
tanah.
Bagian di atas permukaan tanah dipengaruhi oleh asap dan partikel debu
dari proses industri serta partikel terlarut yang terkadung dalam air hujan
yang akan mengakibatkan korosi pada konduktor.
Bagian di bawah permukaan tanah dipengaruhi oleh kondisi tanah basah
yang mengandung materi alamiah, bahan-bahan kimia yang terkontaminasi
didalamnya sehingga dapat mengakibatkan korosi.
2.3 Usaha Menurunkan Tegangan
Permukaan Tanah
Terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan untuk
menurunkan tegangan permukaan tanah yaitu: perlakuan kimiawi tanah, perawatan
rutin.
2.3.1 Perlakuan Kimiawi Tanah
Beberapa zat aditif yang ditambahkan di dalam tanah terbukti mampu
menurunkan tahanan jenis tanah dan secara langsung akan menurunkan tegangan
permukaan tanah. Beberapa jenis garam yang secara alamiah terkandung di dalam
tanah cenderung bersifat konduktif dan menurunkan tahanan jenis tanahnya.
Penambahan zat aditif harus diperhitungkan dengan cermat karena beberapa
aditif pada dosis tertentu cenderung bersifat korosif yang sangat dihindari
dalam sistem pentanahan. Bahan yang digunakan adalah sodium klorid (garam),
magnesium sulfat (garam Inggris), tembaga sulfat, sodium karbonat (soda api),
dan kalsium klorid.
Bahan terbaru yang digunakan untuk menurunkan tahanan jenis tanah antara
lain yaitu: bentonite, marcionite, gypsum, arang kayu.
2.3.2 Perawatan Rutin
Perawatan rutin dilakukan untuk mempertahankan kondisi optimal kinerja
sistem pentanahan yang dilakukan rutin setiap 1 tahun/6 bulan untuk memantau
kondisi fisik saluran instalasi berikut sistem pentanahannya.
Kerusakan yang terjadi pada sistem pentanahan biasanya diakibatkan
oleh sambungan instalasi yang kendur
atau terjadi korosi antar bagian elektroda. Perbaikan dilakukan dengan
mengencangkan kembali baut - baut sambungan dan membersihkan bagian elektroda
dari korosi.
III.
MENURUNKAN TEGANGAN PERMUKAAN DENGAN BENTONITE
3.1 Bentonite
Bentonite adalah bahan alami berupa tanah liat dengan tingkat keasaman
rendah. Bentonite merupakan istilah yang digunakan dalam dunia perdagangan
untuk sejenis lempung yang mengandung mineral monmorilonit lebih dari 85% dan
fragmen sisanya terdiri dari campuran mineral kwarsa kristobanit, feldspar,
kalsit, gypsum, kaolit, ilit, dan sebagainya.
Jenis lempung ini menunjukkan sifat koloid yang kuat dan memiliki sifat
mengembang ketika bersentuhan dengan air. Bentonite mampu menyerap air
disekitarnya lima kali berat bentonite sendiri dan menahannya. Dimensinya dapat
mengembang 13 kali volume keringnya.
3.2 Karakteristik Bentonite
Warna :
Variatif dari krem sampai kekuningan.
Berat
Jenis : 2,4 - 2,8 g/L
Indeks
bias : 1,54 - 1,557
Titik
Lebur : 1330 - 1430 oC
pH :
10,5
Resistivitas : 5 Ω
Sifat :
Tiksotropik, berbentuk gel, tidak mudah bereaksi.
3.3 Jenis-jenis Bentonite
Berdasarkan kemampuan mengembangnya, secara umum bentonite dibagi
menjadi dua tipe, yaitu : Na Bentonite dan Ca Bentonite.
3.3.1 Na Bentonite
Bentonite jenis ini disebut juga bentonite tipe Wyoming yang mengandung
ion Na+ relative lebih banyak jika dibandingkan dengan ion Ca2+
dan Mg2+.
Karakteristik:
1.
Mengembang apabila dicelupkan ke dalam air hingga 8 kali lipat dari volume
semula, sehingga dalam suspensinya akan menambah kekentalan.
2. PH suspense berkisar antara 8,5 - 9,8 (bersifat basa).
2. PH suspense berkisar antara 8,5 - 9,8 (bersifat basa).
3.
Bewarna putih saat kering, mengkilap saat basah dan terkena matahari.
4. Na2O
lebih besar 2%.
Kegunaan:
1. Lumpur
pemboran.
2.
Penyumbat kebocoran bendungan.
3. Bahan
pencampur pembuatan cat.
4. Bahan
baku farmasi.
5.
Perekat pasir cetak.
3.3.2 Ca Bentonite
Bentonite
ini disebut juga Mg,Ca-Bentonite.
Karakteristik:
1.
Mengandung kalsium (Ca2O) dan magnesium (MgO) lebih banyak
dibandingkan natriumnya.
2.
Sedikit menyerap air sehingga apabila didispersikan dalam air akan cepat
mengendap (tidak membentuk suspensi).
3. PH
berkisar antara 4,0 - 7,0 (bersifat asam).
4. Daya
tukar ion cukup besar dan bersifat menyerap.
5. Dalam
keadaan kering bersifat cepat merekah.
6.
Bewarna abu-abu, biru, kuning, merah, dan coklat.
Kegunaan:
Sebagai lempung pemucat warna pada minyak kelapa
Sebagai lempung pemucat warna pada minyak kelapa
3.4 Struktur Bentonite
Penyusun utama bentonite adalah monmorilonit (Al2O3.4SiO2xH2O).
Monmorilonit merupakan mineral lempung berkonfigurasi 2:1 ditinjau dari jumlah
lapisan tetrahedral dan oktahedral. Dimana struktur monmorilonit tersusun dari
dua lembar silica tetrahedral yang dipisahkan oleh lembar alumina oktahedral.
Muatan negatif pada permukaan lempung dihasilkan dari substitusi
isomorpik Si4+ oleh Al3+ pada lembar tetrahedral dan
substitusi Al3+ oleh Mg2+,Zn2+,Ni2+,Li+
dan kation lainnya pada lembar oktahedral. Pergantian ini menyebabkan
pesetaraan muatan pada permukaan bentonite. Ini merupakan situs aktif bentonite
yang dapat menyerap kation organik maupun ion logam.
Muatan negatif pada permukaan bentonite seimbang dengan muatan positif
dari kation yang dipertukarkan seperti Na+, Ca2+, K+
pada bagian interlayer bentonite.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Bentonite
mampu menyerap air disekitarnya melebihi volume bentonite tersebut.
2. Pada
lingkungan yang basah bentonite mampu menyerap air dengan cepat, dan saat
kering bentonite akan merekah.
DAFTAR PUSTAKA
1.Dermawan,Arif.“Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pentanahan yang Ditanam di Tanah dan
di Septictank Pada Perumahan”.http://eprints.undip.ac.id/25304/1/ML2F303424.pdf (diakses:
26 november 2012)
2.Haryan,Rudy.http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/119/jtptunimus-gdl-rudyharyan-5928-3-babii.pdf (diakses:
26 november 2012)
3. Suswanto,Daman.”Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi”.http://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-10-sistem-pentanahan-jaringan-distribusi.pdf (diakses: 26 november 2012)
4.Yas,Muhamat. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk/11/jtptunimus-gdl-muhamatyas-5924-3-babii.pdf (diakses: 26 november 2012)
5.-----------.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d535_055439_chapter2.pdf
(diakses: 26 november 2012)
wah, bisa langsung copas saya nih Bang
BalasHapuskwkwkwwkk :P
hahahaha...
Hapusg kreatif lah klw kyk gtu... :P
Waaah, subhanallah sekali :D
BalasHapusalhamdulillah.. :D
Hapuskira" masih ada yg kurang g kak d jurnalnya, strukturnya atw apa nya gtu kak?
Kalau untuk jurnal sih kakak nggak banyak komentar deh Ky :)
HapusTapi sejauh yang kakak baca nih, udah bagus banget ^^
Two thuumbs deh :)
ikut copas yah...
BalasHapusmaklum lah kena lab T3
#cari alasan
Apa-apaan ini? *geger otak*
BalasHapus